Ibrahim (sekitar 1997-1822 SM) merupakan
seorang nabi.
Ia mendapat gelar dari Allah yakni Khalil Allah (Sahabat
Allah). Selain itu ia bersama anaknya, Ismail terkenal
sebagai pembangun Kaabah yang suci. Ia diangkat menjadi nabi sekitar pada
tahun 1900 SM,
diutus untuk kaum Kaldān yang terletak di
kota Ur, negeri yang disebut kini
sebagai Iraq.Ibrahim
bin Azzar bin Tahur bin Sarush bin Ra'uf bin Falish bin Tabir bin Shaleh bin
Arfakhsad bin Syam bin Nuh. Ia dilahirkan di sebuah tempat bernama Faddam, A'ram, yang
terletak di dalam kawasan kerajaan Babilonia.
Pada 2.295 SM.
Kerajaan Babilon
waktu itu diperintah oleh seorang raja yang bengis dan mempunyai kekuasaan yang
absolut dan zalim,
ia bernama Namrudz
bin Kan'aan. Karena Raja Namrud mendapat petanda bahwa seorang bayi akan
dilahirkan disana dan bayi ini akan tumbuh dan merampas takhtanya. Antara sifat
insan yang akan menentangnya ini ialah dia akan membawa agama yang mempercayai
satu tuhan dan akan menjadi pemusnah batu berhala. Insan ini juga akan menjadi
penyebab Raja Namrud mati dengan cara yang dahsyat. Oleh itu Raja Namrud telah
mengarahkan semua bayi yang dilahirkan di tempat ini dibunuh, manakala golongan
lelaki dan wanita pula telah dipisahkan selama setahun.
Walaupun berada dalam
keadaan cemas, kehendak Allah tetap terjadi. Isteri Aazar telah mengandung namun
tidak menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Pada suatu hari dia terasa seperti
telah tiba waktunya untuk melahirkan anak dan sedar sekiranya diketahui Raja
Namrud yang zalim pasti dia serta anaknya akan dibunuh. Dalam ketakutan, ibu
nabi Ibrahim telah bersembunyi dan melahirkan anaknya di dalam sebuah gua yang
bersebelahan. Selepas itu, dia memasukkan batu-batu kecil dalam mulut bayinya
itu dan meninggalkannya seorang diri. Seminggu kemudian, dia bersama suaminya
kembali ke gua tersebut dan terkejut melihat nabi Ibrahim a.s masih hidup.
Selama seminggu, bayi itu menghisap celah jarinya yang mengandungi susu dan
makanan lain yang berkhasiat. Semasa berusia 15 bulan tubuh Nabi Ibrahim telah
membesar dengan cepatnya seperti kanak-kanak berusia dua tahun. Maka kedua ibu
bapaknya berani membawanya pulang kerumah mereka. Semasa remajanya Nabi Ibrahim
sering disuruh ayahnya keliling kota menjajakan patung-patung buatannya namun
karena iman dan tauhid yang telah diilhamkan oleh Tuhan kepadanya ia tidak
bersemangat untuk menjajakan barang-barang itu bahkan secara mengejek ia
menawarkan patung-patung ayahnya kepada calon pembeli dengan kata-kata:"
Siapakah yang akan membeli patung-patung yang tidak berguna ini?".
Pada masa Nabi
Ibrahim, kebanyakan rakyat di Mesopotamia beragama politeisme yaitu
menyembah lebih dari satu Tuhan dan menganut paganisme.
Dewa Bulan atau Sin merupakan
salah satu berhala yang paling penting. Bintang, bulan dan matahari menjadi
objek utama penyembahan dan karenanya, astronomi merupakan bidang yang sangat
penting. Sewaktu kecil nabi Ibrahim a.s. sering melihat ayahnya membuat
patung-patung tersebut, lalu dia berusaha mencari kebenaran agama yang dianuti
oleh keluarganya itu.
Dalam Kitab-Kitab
Suci(Al-Qur’an,Injil,ataupun Taurat) menceritakan tentang pencariannya dengan
kebenaran. Pada waktu malam yang gelap, beliau melihat sebuah bintang (bersinar-sinar),
lalu ia berkata: "Inikah Tuhanku?" Kemudian apabila bintang itu
terbenam, ia berkata pula: "Aku tidak suka kepada yang terbenam
hilang". Kemudian apabila dilihatnya bulan terbit
(menyinarkan cahayanya), dia berkata: "Inikah Tuhanku?" Maka setelah
bulan itu terbenam, berkatalah dia: "Demi sesungguhnya, jika aku tidak
diberikan petunjuk oleh Tuhanku, nescaya menjadilah aku dari kaum yang
sesat". Kemudian apabila dia melihat matahari sedang
terbit (menyinarkan cahayanya), berkatalah dia: "Inikah Tuhanku? Ini lebih
besar". Setelah matahari terbenam, dia berkata pula: "Wahai kaumku,
sesungguhnya aku berlepas diri (bersih) dari apa yang kamu sekutukan (Allah
dengannya)". Inilah daya logika yang dianugerahi kepada beliau dalam
menolak agama penyembahan langit yang dipercayai kaumnya serta menerima tuhan
yang sebenarnya. Nabi Ibrahim yang sudah bertekad ingin memerangi kesyirikan dan
penyembahan berhala yang berlaku di dalam kaumnya ingin mempertebal iman dan
keyakinannya lebih dulu, untuk menenteramkan hatinya serta membersihkannya dari
keragu-raguan yang mungkin mangganggu pikirannya dengan memohon kepada Allah agar
diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang
sudah mati.
Ia memohon kepada
Allah: "Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau
menghidupkan makhluk-makhluk yang sudah mati." Allah menjawab
permohonannya dengan berfirman: Tidakkah engkau beriman dan percaya
kepada kekuasaan-Ku?." Nabi Ibrahim menjawab:"Betul,
wahai Tuhanku, aku telah beriman dan percaya kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu,
namun aku ingin sekali melihat itu dengan mata kepala-ku sendiri, agar aku
mendapat ketenteraman dan ketenangan hati dan agar semakin tebal dan kukuh
keyakinanku kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu." Allah mengabulkan
permohonan Nabi Ibrahim lalu diperintahkanlah ia menangkap empat ekor burung, lalu
setelah memperhatikan dan meneliti bagian-bagian tubuh burung itu, ia
memotongnya menjadi berkeping-keping, mencampur-baurkannya, dan kemudian tubuh
burung yang sudah hancur-luluh dan bercampur-baur itu diletakkan di empat
puncak bukit yang berbeda dan berjauhan. Setelah dikerjakan apa yang telah
diperintahkan oleh Allah itu, diperintahkan-Nya Nabi Ibrahim memanggil
burung-burung yang sudah terkoyak tubuhnya dan terpisah jauh setiap bagian
tubuhnya itu.
Dengan izin Allah dan
kuasa-Nya datanglah berterbangan empat ekor burung itu dalam keadaan utuh dan
bernyawa seperti sedia kala begitu mendengar seruan dan panggilan Nabi Ibrahim
kepadanya. Lalu hinggaplah empat burung yang hidup kembali itu di depannya,
dilihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah Yang Maha Berkuasa dapat
menghidupkan kembali makhluk-Nya yang sudah mati sebagaimana Dia menciptakannya
dari sesuatu yang tidak ada. Dan dengan demikian tercapailah keinginan Nabi
Ibrahim untuk menenteramkan hatinya dan menghilangkan kemungkinan ada keraguan
di dalam iman dan keyakinannya, bahwa kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada
sesuatu pun di langit atau di bumi yang dapat menghalangi atau menentangnya,
dan hanya kata "Kun Fayakun", maka terjadilah apa yang
Dikehendaki-Nya.
Nabi Ibrahim merasa
bahwa kewajiban pertama yang harus ia lakukan sebelum berdakwah kepada orang
lain ialah menyadarkan ayah kandungnya dulu orang yang terdekat kepadanya bahwa
kepercayaan dan persembahannya kepada berhala-berhala itu adalah perbuatan yang
sesat dan bodoh. Ia merasakan bahwa kebaktian kepada ayahnya mewajibkannya
memberi penerangan kepadanya agar melepaskan kepercayaan yang sesat itu dan
mengikutinya beriman kepada Allah Yang Maha Kuasa.
Dengan sikap yang
sopan dan adab yang patut ditunjukkan oleh seorang anak terhadap orang tuanya
dan dengan kata-kata yang halus ia datang kepada ayahnya menyampaikan bahwa ia
diutuskan oleh Allah sebagai nabi dan rasul dan bahwa ia telah diilhamkan dengan pengetahuan dan
ilmu yang tidak dimiliki oleh ayahnya. Ia bertanya kepada ayahnya dengan lemah
lembut gerangan apakah yang mendorongnya untuk menyembah berhala seperti
lain-lain kaumnya padahal ia mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak berguna
sedikit pun tidak dapat mendatangkan keuntungan bagi penyembahnya atau mencegah
kerugian atau musibah. Diterangkan pula kepada ayahnya bahwa penyembahan kepada
berhala-berhala itu adalah semata-mata ajaran setan yang
memang menjadi musuh kepada manusia sejak Adam diturunkan ke bumi. Ia berseru
kepada ayahnya agar merenungkan dan memikirkan nasihat dan ajakannya berpaling
dari berhala-berhala dan kembali menyembah kepada Allah yang menciptakan
manusia dan semua makhluk yang dihidupkan memberi mereka rezeki dan kenikmatan
hidup serta menguasakan bumi dengan segala isinya kepada manusia.
Aazar menjadi merah
mukanya dan melotot matanya mendengar kata-kata seruan puteranya Nabi Ibrahim
yyang ditanggapinya sebagai dosa dan hal yang kurang patut bahwa puteranya telah berani
mengecam dan menghina kepercayaan ayahnya bahkan mengajakkannya untuk
meninggalkan kepercayaan itu dan menganut kepercayaan dan agama yang ia
bawa. Ia tidak menyembunyikan murka dan marahnya tetapi dinyatakannya dalam
kata-kata yang kasar dan dalam makian namun seakan-akan tidak ada hubungan di
antara mereka. Ia berkata kepada Nabi Ibrahim dengan nada gusar:
"Hai Ibrahim!
Berpalingkah engkau dari kepercayaan dan persembahanku ? Dan kepercayaan
apakah yang engkau berikan kepadaku yang menganjurkan agar aku mengikutinya?
Janganlah engkau membangkitkan amarahku dan coba mendurhakaiku. Jika engkau
tidak menghentikan penyelewenganmu dari agama ayahmu tidak engkau hentikan
usahamu mengecam dan memburuk-burukkan persembahanku, maka keluarlah engkau
dari rumahku ini. Aku tidak sudi tinggal bersama denganmu di dalam suatu rumah
di bawah suatu atap. Pergilah engkau dari mukaku sebelum aku menimpamu dengan
batu dan mencelakakan engkau."
Nabi Ibrahim menerima kemarahan ayahnya, pengusirannya
dan kata-kata kasarnya dengan sikap tenang, normal selaku anak terhadap ayah
seraya berkata:
"Wahai ayahku! Semoga engkau selamat, aku akan
tetap memohonkan ampun bagimu dari Allah dan akan tinggalkan kamu dengan
persembahan selain kepada Allah. Mudah-mudahan aku tidak menjadi orang yang
celaka dan malang dengan doaku untukmu." Lalu keluarlah Nabi Ibrahim
meninggalkan rumah ayahnya dalam keadaan sedih karena gagal mengangkatkan
ayahnya dari lembah syirik dan kafir.
Kegagalan Nabi
Ibrahim dalam usahanya menyadarkan ayahnya yang tersesat itu sangat menusuk
hatinya kerana ia sebagai putera yang baik ingin sekali melihat ayahnya berada
dalam jalan yang benar terangkat dari lembah kesesatan dan syirik namun ia
sadar bahwa hidayah itu adalah di tangan Allah dan bagaimana pun ia ingin
dengan sepenuh hatinya agar ayahnya mendapat hidayah, bila belum dikehendaki
oleh Allah maka sia-sialah keinginan dan usahanya. Penolakan ayahnya terhadap
dakwahnya dengan cara yang kasar dan kejam itu tidak sedikit pun memengaruhi
ketetapan hatinya dan melemahkan semangatnya untuk berjalan terus memberi
penerangan kepada kaumnya untuk menyapu bersih persembahan-persembahan yang
bathil dan kepercayaan-kepercayaan yang bertentangan dengan tauhid dan iman
kepada Allah dan Rasul-Nya.
Nabi Ibrahim tidak
henti-henti dalam setiap kesempatan mengajak kaumnya berdialog dan bermujadalah
tentang kepercayaan yang mereka anut dan ajaran yang ia bawa. Dan ternyata
bahwa apabila mereka sudah tidak berdaya menolak dan menyanggah alasan-alasan
dan dalil-dalil yang dikemukakan oleh Nabi Ibrahim tentang kebenaran ajarannya
dan kebathilan kepercayaan mereka maka dalil dan alasan yang usanglah yang
mereka kemukakan yaitu bahwa mereka hanya meneruskan apa yang bapak-bapak dan
nenek moyang mereka lakukan sejak turun-temurun dan sesekali mereka tidak akan
melepaskan kepercayaan dan agama yang telah mereka warisi.
Nabi Ibrahim pada
akhirnya merasa tidak bermanfaat lagi untuk berdebat dan bermujadalah dengan
kaumnya yang keras kepala dan yang tidak mahu menerima keterangan dan
bukti-bukti nyata yang dikemukakan oleh beliau dan selalu berpegang pada
satu-satunya alasan bahawa mereka tidak akan menyimpang daripada cara
persembahan nenek moyang mereka, walaupun telah Nabi Ibrahim menasihati mereka
berkali-kali bahawa mereka dan bapak-bapak mereka keliru dan tersesat mengikuti
jejak syaitan dan iblis. Nabi Ibrahim kemudian merancang akan membuktikan
kepada kaumnya dengan perbuatan yang nyata yang dapat mereka lihat dengan mata
kepala mereka sendiri bahwa berhala-berhala dan patung-patung mereka betul-betul
tidak berguna bagi mereka dan bahkan tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri.
Sudah menjadi tradisi
dan kebiasaan penduduk kerajaan Babilonia bahwa
setiap tahun mereka keluar kota beramai-ramai pada suatu hari raya yang mereka
anggap sebagai keramat. Berhari-hari mereka
tinggal di luar kota di suatu padang terbuka, berkemah dengan membawa
perbekalan makanan dan minuman yang cukup. Mereka bersuka ria dan
bersenang-senang sambil meninggalkan kota-kota mereka kosong dan sunyi. Mereka
berseru dan mengajak semua penduduk agar keluar meninggalkan rumah dan turut
beramai -ramai menghormati hari-hari suci itu. Nabi Ibrahim yang juga turut
diajak untuk turut serta berlagak berpura-pura sakit dan diizinkanlah ia
tinggal di rumah apalagi mereka merasa khawatir bahwa penyakit Nabi Ibrahim
yang dibuat-buat itu akan menular dan menjalar di kalangan mereka bila ia turut
serta.
"Inilah dia kesempatan yang ku nantikan." kata hati Nabi
Ibrahim tatkala melihat kota sudah kosong dari penduduknya, sunyi senyap tidak
terdengar kecuali suara burung-burung yang berkicau, suara daun-daun pohon yang
gemerisik ditiup angin kencang.
Dengan membawa sebuah
kapak ditangannya ia pergi menuju tempat beribadatan kaumnya yang sudah
ditinggalkan tanpa penjaga, tanpa juru kunci dan hanya deretan patung-patung
yang terlihat diserambi tempat peribadatan itu. Sambil menunjuk kepada sesaji
bunga-bunga dan makanan yang berada di setiap kaki patung berkata Nabi Ibrahim,
mengejek:"Mengapa kamu tidak makan makanan yang lezat yang disajikan
bagi kamu ini? Jawablah aku dan berkata-katalah kamu." Kemudian disepak,
ditamparlah patung-patung itu dan dihancurkannya berpotong-potong dengan kapak
yang berada di tangannya. Patung yang besar ditinggalkannya utuh, tidak
diganggu yang pada lehernya dikalungkanlah kapak Nabi Ibrahim itu.
Terperanjat dan
terkejutlah para penduduk, tatkala pulang dari berpesta ria di luar kota dan
melihat keadaan patung-patung, tuhan-tuhan mereka hancur berantakan dan menjadi
potongan-potongan terserak-serak di atas lantai. Bertanyalah satu kepada yang
lain dengan nada heran dan takjub: "Gerangan
siapakah yang telah berani melakukan perbuatan yang jahat dan keji ini terhadap
tuhan-tuhan persembahan mereka ini?" Berkata
salah seorang di antara mereka:"Ada kemungkinan bahwa orang yang selalu
mengolok-olok dan mengejek persembahan kami yang bernama Ibrahim itulah yang
melakukan perbuatan yang berani ini." Seorang yang lain menambah keterangan
dengan berkata:"Bahkan dialah yang pasti berbuat, karena ia adalah
satu-satunya orang yang tinggal di kota sewaktu kami semua berada di luar
merayakan hari suci dan keramat itu." Selidik punya selidik, akhirnya
terdapat kepastian yang tidak diragukan lagi bahwa Ibrahimlah yang merusakkan
dan memusnahkan patung-patung itu.
Rakyat kota
beramai-ramai membicarakan kejadian yang dianggap suatu kejadian atau penghinaan
yang tidak dapat diampuni terhadap kepercayaan dan persembahan mereka. Suara
marah, jengkel dan kutukan terdengar dari segala penjuru, yang menuntut agar si
pelaku diminta bertanggungjawab dalam suatu pengadilan terbuka, dimana seluruh
rakyat penduduk kota dapat turut serta menyaksikannya.
Dan memang itulah
yang diharapkan oleh Nabi Ibrahim agar pengadilannya dilakukan secara terbuka
di mana semua warga masyarakat dapat turut menyaksikannya. Karena dengan cara
demikian beliau dapat secara terselubung berdakwah menyerang kepercayaan mereka
yang bathil dan sesat itu, seraya menerangkan kebenaran agama dan kepercayaan
yang ia bawa, kalau di antara yang hadir ada yang masih boleh diharapkan
terbuka hatinya bagi iman dari tauhid yang ia ajarkan dan dakwahkan. Hari
pengadilan ditentukan dan datang rakyat dari segala pelosok berduyung-duyung
mengujungi padang terbuka yang disediakan bagi sidang pengadilan itu.
Ketika Nabi Ibrahim
datang menghadap Raja Namrudz yang akan mengadili ia disambut oleh
para hadirin dengan teriakan kutukan dan cercaan, menandakan sangat gusarnya
para penyembah berhala terhadap beliau yang telah berani menghancurkan
persembahan mereka. Ditanyalah Nabi Ibrahim oleh Raja Namrud:"Apakah
engkau yang melakukan penghancuran dan merusakkan tuhan-tuhan kami?" Dengan tenang dan sikap dingin, Nabi
Ibrahim menjawab:"Patung besar yang berkalungkan kapak di lehernya
itulah yang melakukannya. Coba tanya saja kepada patung-patung itu siapakah
yang menghancurkannya." Raja
Namrudpun terdiam sejenak. Kemudian beliau berkata:" Engkaukan tahu
bahwa patung-patung itu tidak dapat berbicara dan berkata mengapa engkau minta
kami bertanya kepadanya?" Tibalah
masanya yang memang dinantikan oleh Nabi Ibrahim, maka sebagai jawaban atas
pertanyaan yang terakhir itu beliau berpidato membentangkan kebathilan
persembahan mereka, yang mereka pertahankan mati-matian, semata-mata hanya
karena adat itu adalah warisan nenek-moyang. Berkata Nabi Ibrahim kepada Raja
Namrud itu:
"Jika demikian
halnya, mengapa kamu sembah patung-patung itu, yang tidak dapat berkata, tidak
dapat melihat dan tidak dapat mendengar, tidak dapat membawa manfaat atau
menolak mudharat, bahkan tidak dapat menolong dirinya dari kehancuran dan
kebinasaan? Alangkah bodohnya kamu dengan kepercayaan dan persembahan kamu itu!
Tidakkah dapat kamu berfikir dengan akal yang sehat bahwa persembahan kamu
adalah perbuatan yang keliru yang hanya difahami oleh syaitan. Mengapa kamu
tidak menyembah Tuhan yang menciptakan kamu, menciptakan alam sekeliling kamu
dan menguasakan kamu di atas bumi dengan segala isi dan kekayaan. Alangkah hina
dinanya kamu dengan persembahan kamu itu."
Setelah selesai Nabi
Ibrahim menguraikan pidatonya itu, Raja Namrud mencetuskan keputusan bahwa Nabi
Ibrahim harus dibakar hidup-hidup sebagai ganjaran atas perbuatannya menghina
dan menghancurkan tuhan-tuhan mereka, maka berserulah para hakim kepada rakyat
yang hadir menyaksikan pengadilan itu:
"Bakarlah ia dan
belalah tuhan-tuhanmu, jika kamu benar-benar setia kepadanya."
Keputusan mahkamah telah dijatuhkan. Nabi Ibrahim harus
dihukum dengan membakar hidup-hidup dalam api yang besar sebesar dosa yang
telah dilakukan. Persiapan bagi upacara pembakaran yang akan disaksikan oleh
seluruh rakyat sedang dipersiapkan. Tanah lapang bagi tempat pembakaran
disediakan dan diadakan pengumpulan kayu bakar dengan banyaknya dimana tiap
penduduk secara gotong-royong harus mengambil bagian membawa kayu bakar sebanyak yang ia dapat sebagai
tanda bakti kepada tuhan-tuhan persembahan mereka yang telah dihancurkan oleh
Nabi Ibrahim.
Berduyun-duyunlah
para penduduk dari segala penjuru kota membawa kayu bakar sebagai sumbangan dan
tanda bakti kepada tuhan mereka. Di antara terdapat para wanita yang hamil dan orang yang sakit yang membawa
sumbangan kayu bakarnya dengan harapan memperoleh berkaharakah dari tuhan-tuhan
mereka dengan menyembuhkan penyakit mereka atau melindungi yang hamil di
kala ia bersalin. Setelah terkumpul kayu bakar di lapangan yang disediakan
untuk upacara pembakaran dan tertumpuk serta tersusun laksana sebuah bukit,
berduyun-duyunlah orang datang untuk menyaksikan pelaksanaan hukuman atas diri
Nabi Ibrahim. Kayu lalu dibakar dan terbentuklah gunung berapi yang dahsyat
yang sedang berterbangan di atasnya berjatuhan terbakar oleh panas yang
ditimbulkan oleh api yang menggunung itu. Kemudian dalam keadaan terbelenggu,
Nabi Ibrahim diangkat ke atas sebuah bangunan yang tinggi lalu dilemparkan ia
kedalam tumpukan kayu yang menyala-nyala itu dengan iringan firman Allah:
"Hai api,
menjadilah engkau dingin dan keselamatan bagi Ibrahim."
Sejak keputusan
hukuman dijatuhkan sampai saat ia dilemparkan ke dalam bukit api yang
menyala-nyala itu, Nabi Ibrahim tetap menunjukkan sikap tenang dan tawakkal
karena iman dan keyakinannya bahwa Allah tidak akan rela melepaskan hamba
pesuruhnya menjadi makanan api dan korban keganasan orang-orang kafir musuh Allah. Dan memang demikianlah
apa yang terjadi tatkala ia berada dalam perut bukit api yang dahsyat itu ia
merasa dingin sesuai dengan seruan Allah Pelindungnya dan hanya tali temali dan
rantai yang mengikat tangan dan kakinya yang terbakar hangus, sedang tubuh dan
pakaian yang terlekat pada tubuhnya tetap utuh, tidak sedikit pun tersentuh
oleh api, hal mana merupakan suatu mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada hamba
pilihannya, Nabi Ibrahim, agar dapat melanjutkan penyampaian risalah yang
ditugaskan kepadanya kepada hamba-hamba Allah yang tersesat itu.
Orang ramai
tercengang dengan keajaiban ini dan mula mempersoalkan kepercayaan kepada Raja
Namrud. Malah anak perempuan Raja Namrud sendiri yaitu Puteri Raja mulai
mempercayai agama yang dibawa oleh beliau. Lalu Puteri itupun mengaku di
hadapan khalayak ramai bahawa Tuhan nabi Ibrahim a.s. adalah Tuhan yang sebenarnya.
Ini telah menaikkan kemarahan beliau yang mengarahkan tenteranya untuk membunuh
puterinya itu. Puteri itupun menuju ke arah api yang besar itu lalu berkata
"Tuhan Nabi Ibrahim selamatkanlah aku".
Puteri Raja pun turut
terselamat dari terbakar dan dalam api yang membara itu kerena dia mengucap
kalimah syahadah. Tindakan durhaka puterinya menjadikan hati Raja Namrud
semakin membara. Dalam keadaan sehat tanpa suatu apapun, puteri raja keluar dari
api tersebut, beliau serta tenteranya telah mengejarnya kedalam hutan. Ini
memberi peluang kepada Nabi Ibrahim serta adik tirinya Sarah, bapaknya Azaar
serta anak saudaranya Nabi Luth untuk melarikan diri. Raja Namrud dan
tenteranya puas mencari Puteri Raja tetapi puteri itu telah hilang. Selepas
sekian lama, merekapun pulang dan mendapati bahawa Nabi Ibrahim turut terlepas.
Setelah peristiwa ini, Raja Namrud kian gelisah kerana rakyatnya mula hilang
kepercayaan dengan kekuasaannya. Oleh itu, beliau berjanji pula untuk membunuh
Tuhan nabi Ibrahim.
Mukjizat yang diberikan oleh Allah s.w.t.
kepada Nabi Ibrahim sebagai bukti nyata akan kebenaran dakwahnya, telah
menimbulkan kegoncangan dalam kepercayaan sebahagian penduduk terhadap
persembahan dan patung-patung mereka dan membuka mata hati banyak daripada
mereka untuk memikirkan kembali ajakan Nabi Ibrahim dan dakwahnya, bahkan tidak
kurang daripada mereka yang ingin menyatakan imannya kepada Nabi Ibrahim, namun
khawatir akan mendapat kesukaran dalam penghidupannya akibat kemarahan dan
balas dendam para pemuka dan para pembesarnya yang mungkin akan menjadi hilang
akal bila merasakan bahwa pengaruhnya telah beralih ke pihak Nabi Ibrahim.
Ibrahim
dianggap sebagai salah satu nabi Ulul azmi.Nama
aslinya yang diberikan ketika ia dilahirkan adalah Abram. Disana ia hidup
bersama orang tua, kedua saudaranya, maupun
istrinya Siti Sarah. Setelah Haran kakak tuanya meninggal, ia bersama ayahnya dan Siti Sarah istrinya. Mereka pindah ke Haran daerah timur selatan Turki. Jarak yang harus mereka tempuh cukup jauh; lebih dari 800 km walaupun dengan Unta sekalipun.Pada saat ia berusia 76 tahun ia mendengar panggilan Allah untuk pindah ke Betel – Kanaan.
istrinya Siti Sarah. Setelah Haran kakak tuanya meninggal, ia bersama ayahnya dan Siti Sarah istrinya. Mereka pindah ke Haran daerah timur selatan Turki. Jarak yang harus mereka tempuh cukup jauh; lebih dari 800 km walaupun dengan Unta sekalipun.Pada saat ia berusia 76 tahun ia mendengar panggilan Allah untuk pindah ke Betel – Kanaan.
Beberapa tahun
kemudian untuk menghindari wabah kelaparan di Kanaan, mereka hijrah ke Mesir.
Disana ia tidak mengakui Siti Sarah sebagai istrinya melainkan sebagai adiknya,
hal inilah yang mendorong Firaun untuk menjadikan Siti Sarah sebagai selirnya.
Kebohongan ini akhirnya terbongkar juga oleh Firaun dimana akhirnya Sarai dikembalikan kepadanya dengan syarat ia dan Siti Sarah harus segera meninggalkan Mesir baca Deportasi.
Ia kembali ke Betel. Disana ia menerima janji dari Allah bahwa dia akan memiliki seluruh tanah di Efrat dan dapat keturunan. Setelah perjanjian tersebut ia merubah namanya dari Abram menjadi Ibraham dalam bahasa Ibrani atau Ibrahim dalam bahasa Arab yang berarti Bapak Banyak Bangsa.Sarah yang pada saat itu usianya sudah hampir mencapai 80 tahun,tapi ia masih percaya bahwa ia masih dapat menghasilkan keturunan. Maka dari itulah ia menganjurkan agar mengambil budaknya saja Siti Hajar sebagai penggantinya. Dari Siti Hajar ia mendapatkan seorang Putera yang diberi nama Ismail.
Kebohongan ini akhirnya terbongkar juga oleh Firaun dimana akhirnya Sarai dikembalikan kepadanya dengan syarat ia dan Siti Sarah harus segera meninggalkan Mesir baca Deportasi.
Ia kembali ke Betel. Disana ia menerima janji dari Allah bahwa dia akan memiliki seluruh tanah di Efrat dan dapat keturunan. Setelah perjanjian tersebut ia merubah namanya dari Abram menjadi Ibraham dalam bahasa Ibrani atau Ibrahim dalam bahasa Arab yang berarti Bapak Banyak Bangsa.Sarah yang pada saat itu usianya sudah hampir mencapai 80 tahun,tapi ia masih percaya bahwa ia masih dapat menghasilkan keturunan. Maka dari itulah ia menganjurkan agar mengambil budaknya saja Siti Hajar sebagai penggantinya. Dari Siti Hajar ia mendapatkan seorang Putera yang diberi nama Ismail.
Tiga belas tahun
kemudian, Allah menepati janjinya dimana Sarah akhirnya melahirkan seorang
putera yang diberikan nama Ishak yang dalam bahasa Ibrani berarti
"Tertawa". Sebagai tanda ikatan dari perjanjian antara Allah dan Ibraham,
dia diwajibkan disunat. Pada saat disunat usia Ibraham sudah mencapai 99 tahun
sedangkan usia Ismail 13 tahun.
Untuk menghindari
persaingan warisan dimana Ismail sebagai anak pertama, Sarah menuntut agar
Abraham mengusir Hagar dan Ismail ke padang pasir, dengan harapan disana mereka
akan mati kehausan. Walaupun demikian akhirnya atas petunjuk Malaikat mereka
menemukan mata air yang berada dibawah kakinya Ismail, tempat tersebut diberi
nama Zam-zam
nama Zam-zam
Sarah meninggal dalam
usia 126 tahun, setelah Sarah meninggal Abraham mengambil istri baru, Keturah.
Dari dia ia mendapatkan enam putera. Sarah, Abraham maupun.Ishak dikuburkan di
makam keluarga mereka di Hebron, tempat dimana sekarang ini di dirikan Mesjid
Ibrahim. Ibrahim meninggal dunia dalam usia 175-200 tahun, Sedangkan Ishak maupun
Ismail tidak hidup setua nabi Ibraham, Ishak meninggal dalam usia 76 tahun dan
Ismail dalam usia 89 tahun.
"Makam Nabi Ibrahim AS" |
"Tapak Kaki Nabi Ibrahim AS(Maqam Ibrahim)" |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar