"Gambaran Suku 'Aad" |
Sebagaimana dengan kaum Nabi Nuh, kaum Hud tidak mengenal Allah sebagai Tuhannya. Mereka membuat patung-patung yang diberi nama Shamud dan Alhattar dan itu yang disembah sebagai tuhan mereka yang menurut kepercayaannya dapat memberi kebahagiaan, kebaikan dan keuntungan serta dapat menolak kejahatan, kerugian dan segala musibah. Ajaran dan agama Nabi Idris AS dan Nabi Nuh AS sudah tidak dijalankan lagi.
Nabi Hud AS memulai dakwahnya dengan menarik perhatian
kaumnya suku 'Aad kepada tanda-tanda wujudnya Allah yang berupa alam sekitar
mereka dan bahwa Allah-lah yang menciptakan mereka semua dan mengaruniakan
mereka dengan segala kenikmatan hidup. Dia-lah yang seharusnya mereka sembah
dan bukan patung-patung yang mereka buat sendiri.
Diterangkan oleh Nabi Hud bahwa dia adalah pesuruh
Allah yang diberi tugas untuk membawa mereka ke jalan yang benar, beriman
kepada Allah yang menciptakan mereka serta menghidupkan dan mematikan mereka,
memberi rezeki atau
mencabutnya dari mereka. Ia tidak mengharapkan upah dan menuntut balas jasa
atas usahanya memimpin dan menuntun mereka ke jalan yang benar. Ia hanya
menjalankan perintah Allah dan memperingatkan mereka bahwa jika mereka tetap
menutup telinga dan mata mereka, mengingatkan perihal kaum Nabi Nuh
yang ditimpa azab Allah serta meminta mereka untuk berhenti dari menyembah berhala.
Bagi kaum 'Aad, seruan dan dakwah Nabi Hud itu
merupakan sesuatu yang tidak pernah mereka dengar ataupun duga. Mereka melihat
bahwa ajaran yang dibawa oleh Nabi Hud itu akan mengubah cara hidup mereka dan
membongkar peraturan dan adat istiadat yang telah mereka kenal dan
warisi dari nenek moyang mereka. Mereka tercengang dan
merasa heran bahwa seorang dari suku mereka sendiri telah berani berusaha
merombak tatacara hidup mereka dan menggantikan agama
dan kepercayaan mereka dengan sesuatu yang baru yang mereka tidak
kenal dan tidak dapat dimengerti dan diterima oleh akal fikiran mereka.
Pembalasan Tuhan terhadap kaum 'Aad yang kafir dan tetap membangkang itu diturunkan dalam dua tahap. Tahap pertama berupa kekeringan yang melanda ladang dan kebun mereka. Dalam keadaan demikian Nabi Hud masih berusaha meyakinkan mereka bahwa kekeringan itu adalah suatu permulaan siksaan dari Allah yang dijanjikan dan bahwa Allah masih memberi kesempatan kepada mereka untuk sadar akan kesesatan dan kekafiran mereka dan kembali beriman kepada Allah dengan meninggalkan persembahan mereka yang batil untuk kemudian bertaubat dan memohon ampun kepada Allah agar segera hujan turun kembali dan menghindari mereka dari bahaya kelaparan yang mengancam. Akan tetapi mereka tetap belum mau percaya dan menganggap janji Nabi Hud itu adalah janji kosong. Mereka bahkan pergi menghadap berhala-berhala mereka memohon perlindungan dari musibah yang mereka hadapi.
Tentangan mereka terhadap janji Allah yang diwahyukan
kepada Nabi Hud segera mendapat jawaban dengan datangnya pembalasan tahap kedua yang dimulai dengan
terlihatnya gumpalan awan dan mega hitam yang tebal diatas mereka yang disambutnya
dengan sorak-sorai gembira, karena mengira bahwa hujan akan segera turun
membasahi ladang dan menyirami
kebun mereka yang sedang mengalami kekeringan. Melihat sikap
kaum 'Aad yang sedang bersuka ria itu berkatalah Nabi Hud dengan nada mengejek:
Mega hitam itu bukanlah mega hitam dan awan
rahmat bagi kamu tetapi mega yang akan membawa kehancuran kamu sebagai
pembalasan Allah yang telah kujanjikan dan kamu ternanti-nanti untuk
membuktikan kebenaran kata-kataku yang selalu kamu sangkal dan kamu dusta.
Sejurus kemudian menjadi kenyataanlah apa yang
diramalkan oleh Nabi Hud itu bahwa bukan hujan yang turun dari awan yang tebal
itu tetapi angin topan yang dahsyat dan kencang
disertai bunyi gemuruh yang
mencemaskan yang telah merusakkan bangunan rumah dari dasarnya, membawa
berterbangan semua perabotan dan harta benda serta melempar jauh binatang-binatang ternak. Keadaan kaum 'Aad menjadi panik,
mereka berlari kesana-sini, hilir-mudik mencari perlindungan.
Adapun Nabi Hud dan para sahabatnya yang beriman telah
mendapat perlindungan Allah dari bencana yang menimpa kaumnya. Setelah keadaan
cuaca kembali tenang dan tanah Al-Ahqaf sudah menjadi sunyi senyap
dari kaum 'Aad pergilah Nabi Hud meninggalkan tempatnya berhijrah ke Hadramaut, dimana ia tinggal menghabiskan sisa hidupnya sampai
ia wafat dan dimakamkan di sana. Hingga sekarang makamnya yang
terletak di atas sebuah bukit, di suatu tempat lebih kurang 50 km dari
kota Siwun selalu
dikunjungi para peziarah yang datang dari sekitar daerah itu, terutama pada
bulan Syaaban.
Makam Nabi hud 1 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar